Gerhana matahari total (GMT) tinggal menghitung hari, banyak yang antusias untuk menyaksikan momen langka tersebut. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek punya pesan khusus terkait kesehatan mata.
Dalam rilisnya, Menkes Nila yang juga seorang profesor di bidang kesehatan mata menganjurkan untuk tidak menatap matahari langsung ke arah datangnya sinar matahari saat terjadi gerhana matahari.
Dalam rilisnya, Menkes Nila yang juga seorang profesor di bidang kesehatan mata menganjurkan untuk tidak menatap matahari langsung ke arah datangnya sinar matahari saat terjadi gerhana matahari.
"Cukup lihat pantulannya saja, atau gunakan kacamata yang benar-benar anti ultraviolet (UV). Hati-hati, karena kacamata berwarna hitam belum tentu memiliki anti ultraviolet," pesan Menkes Nila, seperti dikutip pada Jumat (4/3/2016).
Pada saat menatap gerhana matahari, pupil mata akan membesar dan sinar UV akan masuk melalui dinding retina atau macula. Fenomena ini akan menyebabkan kerusakan pada retina mata, bahkan bisa memicu kebutaan.
Sementara itu pakar astronomi dari Langit Selatan, Avivah Yamani, mengatakan filter atau kacamata anti-UV tidak dibutuhkan pada fase totalitas gerhana, sebab situasinya gelap lantaran tidak ada cahaya matahari sama sekali. Namun begitu bulan mulai meninggalkan matahari, filter atau kacamata anti-UV harus segera dipakai lagi.
"Selama gerhana sebagian atau saat matahari masih ada, pakai filter. Kalau matahari sudah tertutup total, nggak usah pakai filter," kata Avivah.
Fase totalitas pada gerhana Matahari total terjadi saat matahari tertutup sepenuhnya oleh bulan, sehingga filter anti-UV tidak diperlukan. Kondisnya berbeda dengan gerhana matahari cincin, yang masih menyisakan sebagian sinar matahari sehingga filter harus selalu digunakan sepanjang terjadinya kontak antara bulan dan matahari.
Pada GMT tahun ini, tidak semua wilayah Indonesia dilewati fase totalitas. Beberapa kota yang dilewati totalitas antara lain Bangka Belitung, Palembang, Balikpapan, Palu, Ternate, dan Maba Halmahera Timur. Sementara untuk wilayah lain yang dilewati gerhana matahari sebagian, filter atau kacamanta anti-UV harus selalu digunakan.
Sumber: detikHealth
Pada saat menatap gerhana matahari, pupil mata akan membesar dan sinar UV akan masuk melalui dinding retina atau macula. Fenomena ini akan menyebabkan kerusakan pada retina mata, bahkan bisa memicu kebutaan.
Sementara itu pakar astronomi dari Langit Selatan, Avivah Yamani, mengatakan filter atau kacamata anti-UV tidak dibutuhkan pada fase totalitas gerhana, sebab situasinya gelap lantaran tidak ada cahaya matahari sama sekali. Namun begitu bulan mulai meninggalkan matahari, filter atau kacamata anti-UV harus segera dipakai lagi.
"Selama gerhana sebagian atau saat matahari masih ada, pakai filter. Kalau matahari sudah tertutup total, nggak usah pakai filter," kata Avivah.
Fase totalitas pada gerhana Matahari total terjadi saat matahari tertutup sepenuhnya oleh bulan, sehingga filter anti-UV tidak diperlukan. Kondisnya berbeda dengan gerhana matahari cincin, yang masih menyisakan sebagian sinar matahari sehingga filter harus selalu digunakan sepanjang terjadinya kontak antara bulan dan matahari.
Pada GMT tahun ini, tidak semua wilayah Indonesia dilewati fase totalitas. Beberapa kota yang dilewati totalitas antara lain Bangka Belitung, Palembang, Balikpapan, Palu, Ternate, dan Maba Halmahera Timur. Sementara untuk wilayah lain yang dilewati gerhana matahari sebagian, filter atau kacamanta anti-UV harus selalu digunakan.
Sumber: detikHealth
No comments:
Post a Comment